Minggu, 26 Februari 2012

lumpur lapindo

 

Lumpur Lapindo Jadi Perhatian Dunia

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Semburan lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Senin, 15 Februari 2010 | 12:47 WIB
SYDNEY, KOMPAS.com — Apakah bencana lumpur Sidoarjo atau lumpur Lapindo yang dimulai 29 Mei 2006 lalu dan masih berlangsung sampai sekarang merupakan persoalan rakyat Indonesia atau persoalan dunia? Pertanyaan itu mengemuka pada diskusi yang bertajuk “Living With The Earth” pada Sabtu akhir pekan kemarin di Museum Contemporary Art, Sydney, Australia. Diskusi itu berkaitan dengan pemutaran perdana film dokumenter bertajuk Mud Max: Investigative Documentary Sidoarjo Mud Volcano Disaster.
Banyak pihak di Tanah Air menyakini bahwa lumpur Sidoarjo merupakan peristiwa atau musibah yang terjadi akibat kesalahan prosedur pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Namun, sekarang ini tidak sedikit pula yang yakin bahwa musibah itu merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dielakkan.
Namun, dari diskusi yang dilaksanakan oleh Immodicus, perusahaan pembuat film dokumenter Mud Max, yang menghadirkan pakar-pakar geologi dari Universitas Universitas Arizona, Amerika Serikat, yakni Profesor Jonathan Fink, Profesor Amanda Clarke dan Prof Hilairy Harrtnett Phd, dan Dr Adriano Mazzini periset dari Universitas Oslo, serta Profesor Ross Griffiths, Kepala Penelitian Geofisika dan Ilmu Bumi Universitas Nasional Australia, terdapat sebuah kesimpulan, tidak perlu mencari siapa yang bersalah dalam peristiwa alam itu. Yang dibutuhkan adalah bagaimana rakyat Indonesia dapat hidup bersama dengan bencana lumpu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar