INSTITUT SEJARAH SOSIAL INDONESIA (ISSI) dibentuk
pada 2003 bertujuan memajukan penelitian dalam sejarah sosial di
Indonesia, khususnya melalui metode sejarah lisan. Para penelitinya
aktif mengikuti berbagai seminar tentang sejarah lisan di berbagai
tempat, juga melakukan riset sejarah lisan antara lain mengenai
organisasi perempuan, masyarakat Tionghoa, komunitas buruh industrial
dan jagoan. Selain itu, mereka juga menyampaikan penelitiannya di
berbagai konferensi ilmiah dan menerbitkan hasil-hasil penelitiannya di
berbagai jurnal. Sebagai bagian dari program kegiatannya, ISSI mengurus
arsip-arsip suara yang berasal dari riset sejarah lisan. ISSI juga
mempunyai perpustakaan yang menyimpan 4.200 judul buku, makalah dan
majalah yang sebagian besar di antaranya berasal dari koleksi pribadi
sejumlah individu. Secara umum, ISSI memiliki tiga program besar, yaitu:
1.Riset dan publikasi
ISSI memiliki perhatian besar pada pengembangan metode sejarah lisan.
Berawal dari penelitian sejarah lisan tentang peristiwa 1965 yang
dimulai sejak tahun 2000, saat ini ISSI sedang melakukan berbagai
penelitian sejarah lisan dengan tema-tema lainnya, seperti sejarah
gerakan perempuan, sejarah buruh, sejarah seniman LEKRA, sejarah
pendidikan Tionghoa, sejarah seni Ketoprak. ISSI juga melakukan beragam
riset yang dilakukan bersama lembaga-lembaga jaringan, seperti peristiwa
Mei 1998 dan Semanggi (bekerja sama dengan Tim Relawan untuk
Kemanusiaan), Solo dan peristiwa 1965 (kerjasama dengan ELSAM), dan
riset bangunan-bangunan yang pernah digunakan oleh organisasi kiri
(bekerjasama dengan Lembaga Kreativitas untuk Kemanusiaan). Riset yang
terakhir ini menjadi bagian dari sebuah proyek pembuatan film Tjidurian
19 (2009). Sedangkan untuk publikasi, hingga tahun 2009, ISSI telah
menerbitkan buku Tahun yang Tak Pernah Berakhir (2004, kumpulan esai)
dan Dalih Pembunuhan Massal (2008, John Roosa).
2.Dokumentasi
Sebagai sebuah lembaga riset sejarah, ISSI memiliki koleksi arsip suara
sejumlah 390 wawancara, literatur sejumlah lebih dari 4000 judul dan
audiovisual (foto dan rekaman audiovisual wawancara sejarah lisan).
3.Pendidikan
Sejak 2006, ISSI telah memulai program bersama guru-guru sejarah.
Program ini dirasa penting, megingat pentingnya sejarah sebagai alat
analisa dan pembangun karakter bangsa, bukan hanya sekedar rentetan
fakta untuk dihafal. Dalam rangka reformasi pendidikan sejarah tersebut,
ISSI bersama dengan kelompok guru yaitu Asosiasi Guru Sejarah Indonesia
(AGSI) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah (MGMP Sejarah) telah
mengadakan berbagai workshop dan seminar. Saat ini ISSI bersama AGSI
telah memulai untuk merumuskan materi esensial pelajaran sejarah tingkat
SMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar